Senin, Oktober 30, 2006

Mengapa 'idul fithri 1427H di Indonesia ada perbedaan?


Download artikel ini

AlhamduliLLAHiROBBil 'aalamiyn. Segala Puji Bagi ALLAH yang telah mengkaruniakan nikmat berupa perbedaan hari raya 'Idul Fithri 1427H bagi ummat Muslim di Indonesia. Ya, bagi saya ini merupakan nikmat luar biasa. Memang sih lebih nikmat lagi bila hari raya dilaksanakan serentak. Tapi insya ALLAH kalau dikaji lebih dalam lagi, ada nikmat besar juga yang terkandung dalam perbedaan ini, yang saya rasa tak kalah besar dibanding dengan nikmat pelaksanaan 'Id yang serentak.

Berdasarkan pengkajian yang saya lakukan yang didasarkan pada pengamatan lapangan dan sedikit pemahaman yang didasarkan pada Quran serta Sunnah yang saya miliki, setidaknya saya bisa menarik beberapa nikmat dari perbedaan ini. Nikmat-nikmat itu adalah:

1. nikmat berukhuwah dan pemrioritasan hal yang wajib di atas yang sunnah.
Setidaknya hingga saat ini, perbedaan hari raya dipraktikkan ummat muslim dengan sikap tasamuh (toleransi). Tidak ada kasus tawuran yang diakibatkan perbedaan ini. Ini merupakan perwujudan ukhuwah yang indah sekaligus membuktikan bahwa ukhuwah tetap menjadi landasan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari Fenomena ini juga membuktikan bahwa ternyata ummat masih sadar bahwa hal yang wajib (yaitu menjaga ukhuwah, persatuan) harus diprioritaskan di atas hal yang sunnah (hari raya 'idul fithri). Mungkin kalau tidak ada perbedaan hari raya ini, kita akan sulit mengukur sejauh mana praktik ukhuwah yang dilakukan ummat muslim di Indonesia, khususnya dalam masalah ibadah.
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”(Al Hujurat : 10).

2. nikmat bertambahnya ilmu dan nikmat mengetahui dilaksanakannya Sunnah Rasul tentang akhir Ramadhan.
Perbedaan ini alhamduliLLAH dapat men-trigger saya untuk menggali ilmu mengenai landasan hukum tentang penetapan akhir Ramadhan. Ada beberapa hadits Shahih yang saya temukan mengenai hal ini. Hadits2 itu adalah sebagai berikut :

لاَ تَصُوْمُوا حتَّى تَرَوا الْهِلاَلَ، وَلاَ تُفْطِرُوا حتى تَرَوْهُ (A)
“Janganlah berpuasa (Ramadhan) sehingga kalian melihat hilal dan janganlah berhari raya
sehingga kalian melihat hilal.” (H.R. Bukhori dan Muslim)

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته، فإن غبي عليكم فأآملوا عدة شعبان ثلاثين (B)
Dari Abu Hurairah,Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:” berpuasalah jika telah
melihat hilal dan ber-hari-raya-lah bila telah melihat hilal, apabila terhalang oleh mendung maka
sempurnakanlah bulan sya`ban menjadi tiga puluh hari”. (HR Bukhori dan Muslim).

لا تصوموا حتى تروا الهلال، ولا تفطروا حتى تروه، فإن غم عليكم فاقدروا له (C)
“Janganlah berpuasa (Ramadhan) sehingga kalian melihat hilal dan janganlah berhari raya
sehingga kalian melihat hilal, apabila terhalang olehmu mendung maka perkirakanlah” ( HR
Bukhori dan Muslim).

Hadits A merupakan hadits yang berupa kaidah umum. Hadits ini kemudian dapat bercabang menjadi dua hadits yaitu yang tertera pada hadits (B) dan hadits (C). Pada hadits (A), jelas bahwa berakhir (dan juga mulainya) Ramadhan berdasarkan kepada sudah terlihat atau belumnya hilal (bulan sabit baru). Seperti kita ketahui bersama bahwa bulan sabit baru merupakan isyarat dari ALLAH yang menandakan bahwa bulan qomariah yang baru telah masuk.
Nah, hilal tak terlihat itu terbagi menjadi dua kemungkinan, pertama tak terlihat karena memang malam itu bulan masih jelas2 belum berubah menjadi bulan sabit, atau kemungkinan kedua, bulan tak terlihat wujudnya sama sekali karena misal tertutup mendung dan segala macamnya. Pada kemungkinan pertama jelas artinya bulan qomariah belum berganti. Artinya bila pada malam ke-30, bulan masih belum berbentuk sabit, puasa harus digenapkan menjadi 30 hari. Sedangkan untuk kemungkinan kedua ada dua dalil yang kemudian bisa dipakai, yaitu hadits (B) dan (C).

Kali ini, perbedaan yang terjadi di Indonesia disebabkan kasus nomor dua, yaitu bulan tak terlihat sama sekali. Dari kondisi seperti itu, bagi 'ulama yang berijtima' bahwa 'Id jatuh hari selasa, mereka memakai landasan hadits (B). Memang konteks menyempurnakan di hadits tersebut adalah menyempurnakan hitungan bulan sya'ban, sehingga awal romadhon diundur satu hari. Namun insya ALLAH itu bisa juga dipakai untuk kasus tak terlihatnya bulan di akhir bulan Ramadhan, yang berarti Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari. Dalam sidang itsbat penentuan 1 syawal 1427 H yang diadakan Depag dan Unsur2 / Ormas2 Islam pada 29 Ramadhan malam, dari 26 pos pengamatan hilal di seluruh pelosok Indonesia, tak ada satu pos pun yang bersaksi bahwa hilal terlah terlihat. Dari situ kemudian dengan dilandasi hadits (B) tadi, diputuskan Ramadhan digenapkan 30 hari. Hal serupa juga diputuskan oleh Dewan Syariah Partai Keadilan Sejahtera, salah satu badan yang bisa juga dipakai sebagai rujukan.

Sedangkan bagi yang berijtima' 'Id jatuh hari senin (seperti Muhammadiyah), mereka memakai landasan hadits (C), memperkirakan posisi/bentuk bulan. Menurut perhitungan yang mereka lakukan, maka mereka meyakini bahwa tanggal 29 malam itu hilal sudah terlihat meskipun sangat sedikit sekali. Namun meskipun sedikit, itu sudah cukup menjadi isyarat bahwa bulan qomariah telah berganti.

Bertentangankah hadits (B) dan (C)? Memang meski terlihat “bertentangan” secara kasat mata, sebenarnya ini bukan pertentangan hadits, ini lebih kepada opsi berbeda yang diberikan Rasul. Ibaratnya bila kita haus dan kita meminta saran kepada orang mengenai apa yang sebaiknya kita minum, maka bisa jadi orang tersebut memberikan saran lebih dari satu, misalnya es teh dan jus jeruk. Kita boleh minum es teh manis dan boleh juga minum jus jeruk. Terserah mana yang lebih kita sukai. Jadi sekali lagi itu bukan dalam nuansa pertentangan.

Menurut ilmu yang saya pahami, kedua pihak yang mengambil keputusan dengan berdasarkan hadits (B) maupun hadits (C), keduanya mendapatkan pahala karena telah menjalankan sunnah Rasulullah. Sedangkan bagaimana sikap kita? Terserah, kita boleh mengambil pendapat 'Id hari senin maupun selasa, asalkan konsisten. Artinya bila kita pilih senin, maka kita harus benar2 mayakinkan diri bahwa 'Id memang hari senin dan kita yakinkan serta serahkan tanggung jawab kita kepada 'ulama yang berijtima' bahwa 'Id hari senin. Dan otomatis pula kita wajib laksanakan sholat 'Id pada hari senin, tidak sah bila kita laksanakan selasa. Sedangkan bagi yang meyakini hari selasa, maka kita harus yakinkan diri kita bahwa senin masih tanggal di bulan ramadhan yang otomatis kita masih wajib berpuasa di hari senin. Kita tidak boleh ragu-ragu, sebab Rasul melarang kita berpuasa di hari yang meragukan. Kita juga berserah kepada ALLAH dalam mengiktui pendapat 'ulama yang berijtima' bahwa 'Id hari selasa.

WaLLAHu 'alam bishshowwab..

3. nikmat mendapati fenomena kebesaran ALLAH di langit
Nikmat selanjutnya adalah nikmat yang saya rasakan sendiri, yaitu fenomena langit di tanggal 29 ramadhan malam. Seingat saya, selama beberapa tahun terakhir ini, saya saksikan langit di malam itu selalu tak terlihat bulan. Entah karena mendung, tertutup awan secara berkepanjangan, maupun penyebab2 lain yang tidak saya ketahui secara pasti... Intinya bulan tak terlihat.. SubhanaLLAH.. sebuah teka-teki besar yang dibuat ALLAH yang seharusnya makin mempertebal keimanan kita tentang eksistensi dan ke-Maha Kuasa-an ALLAH.
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Az Zumar : 5)

4. nikmat diberikan ramadhan yang lebih lama (bagi yang meyakini 'Id hari selasa)
Otomatis dengan diperlamanya Ramadhan (yaitu bagi seseorang yang meyakini 'Id jatuh selasa) berarti makin besar pula kesempatannya untuk meraup pahala Ramadhan sebanyak-banyaknya. Makin lama pula waktunya untuk makin bermanja dengan ALLAH.

5. nikmat-nikmat lain
Insya ALLAH sebenarnya masih banyak nikmat-nikmat lain yang bisa kita temukan bila kita mau mengkaji lebih dalam mengenai perbedaan yang terjadi kali ini. Yang pasti pada setiap kejadian pasti ada pelajaran yang ingin ALLAh berikan kepada manusia.

waLLAHU 'alam bishshowwab..
~Pulo Jahe, 30 Ramadhan 1427 H, pukul 16.52 WIB

Note : Pada tahun 1427 H ini, Muhammadiyah berijtima' bahwa 'Idul Fithri dilaksanakan pada Senin tanggal 23 Oktober 2006, sedangkan Pemerintah berijtima' 'Idul Fithri jatuh pada Selasa 24 Oktober 2006, senada dengan yang ditetapkan oleh 'ulama dari Dewan Syariah Partai Keadilan Sejahtera.

Risalah Silaturrahim


(dari panduan ramadhan, maaf kalau agak terlambat. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak posting sama sekali bukan?)

Silaturahim adalah upaya seorang muslim untuk menyambung tali kerabat dengan cara memberikan kebaikan kepada kerabat dan menolak keburukannya dengan segala potensi yang dimilikinya seperti, berkunjung ke rumahnya, menolong kesulitannya, membantu dengan harta dan tenaga, mendo’akan, menolak keburukan padanya dll. Hal ini dilakukan dengan syarat bahwa saudaranya seorang muslim yang istiqomah. Adapun jika saudaranya seorang kafir atau fasik maka silaturahim yang dilakukan dengan cara memberi nasehat agar kembali kepada kebenaran dan mendo’akannya agar mendapat hidayah.

Adapun ziarah terdiri dari dua macam, ziarah kepada kaum muslimin yang masih hidup dan ziarah qubur orang Islam. Kedua ziarah tersebut dianjurkan dalam Islam. Namun ziarah yang terkait saat ‘Iedul Fithri adalah ziarah kepada kaum muslimin yang masih hidup baik memiliki hubungan kerabat atau tidak. Sedangkan ziarah qubur pada saat ‘Iedul Fithri kurang relevan dan kurang sesuai dengan waktu. Karena hari raya adalah saat kaum muslimin bergembira dan bersenang-senang sedangkan ziarah qubur tujuannya mengingat kematian.

Silaturahim dan ziarah merupakan akhlak Islam yang mulia. Rasulullah SAW senantiasa
melakukannya dan memberi contoh yang terbaik pada umatnya. Bahkan silaturahim dan ziarah memiliki hubungan yang erat dengan keimanan. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya menyambung tali kerabat. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya berkata baik atau diam” (HR Bukhari dan Muslim)

"مَنْ سَرّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ في رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ في أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ" متفق عليه
” Barangsiapa yang ingin dimudahkan rejekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya
menyambung tali kerabat” (Muttafaqun ‘alaihi)

” Barangsiapa yang menengok orang sakit atau menziarahi saudaranya karena Allah Ta’ala, maka datanglah penyeru yang menyerukan; engkau baik, dan langkahmu juga baik dan engkau akan masuk surga sebagai tempat tinggal” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dari Abi Hurairah ra, dari Nabi SAW bersabda: Hak muslim atas muslim ada lima; membalas salam, menengok yang sakit, mengantar jenazah, menyambut undangan, membalas yang bersin”. Dalam riwayat Muslim:” Hak muslim atas muslim ada enam:” Jika engkau menjumpainya maka ucapkan salam, jika mengundang maka sambutlah, jika minta nasehat maka nasehatilah, jika bersin dan mengucap hamdalah maka jawablah, jika sakit maka tengoklah dan jika meninggal maka antarkan jenazahnya”

HALAL BI HALAL
Dalam tradisi umat Islam di Indonesia ada istilah yang disebut halal bi halal, dan biasanya dilakukan terkait dengan hari raya Iedul Fithri. Menjelang ‘Iedul Fithri umat Islam banyak yang pulang ke kampung halaman untuk bertemu sanak saudara dan teman-temannya. Disana mereka melakukan halal bi halal. Halal bi Halal juga biasa dilakukan dalam suatu acara pertemuan yang menghadirkan keluarga besar, tetangga, sahabat dan handai tolan. Tradisi lain yang berkembang di masyarakat adalah reuni antar almamater sekolah, kampus dll. Tradisi ini dapat masuk pada bentuk silaturahim dan ziarah yang dianjurkan Islam jika sesuai dengan adab-adab silaturahim dan ziarah.

ADAB-ADAB SILATURAHIM DAN ZIARAH
1. Memperhatikan hari dan jam yang baik untuk silaturahim dan ziarah.
2. Dianjurkan membawa hadiah atau sesuatu yang bermanfaat baik berupa materi maupun non materi.
3. Jika dimungkinkan, memberi tahu terlebih dahulu.
4. Ziarah sangat dianjurkan bagi saudara dan temannya yang sakit atau terkena musibah.
5. Orang yang lebih muda sebaiknya mendatangi yang lebih tua, begitu juga seorang muslim mendatangi yang lebih alim dan bertaqwa.
6. Dianjurkan saling memberi nasehat dan wasiat kebaikan, jika dilakukan dalam suatu acara resmi maka sebaiknya mengundang da’i atau mubaligh untuk memberi ceramah agama.
7. Tidak boleh mengatakan dan melakukan sesuatu yang tidak disukai dan harus menjauhkan diri dari ghibah dan dusta.
8. Memakai pakaian yang rapi, bersih dan baik. Bagi laki-laki dianjurkan memakai wangiwangian.
9. Menjauhi pemborosan dalam makan, minum dan lainnya.
10. Menjauhi kemaksiatan, seperti; lalai dalam mengerjakan shalat, bercampur baur antara lelaki dan perempuan dan berjabat tangan antara lelaki dan perempuan yang bukan mahramnya, menyuguhkan lagu-lagu dan musik yang kotor dan tidak islami, tidak menutup aurat dll.
11. Dianjurkan berjabat tangan (lelaki dengan lelaki dan perempuan dengan perempuan),
mengucapkan salam pada saat pertemuan dan perpisahan dan saling mendo’akan.

Jumat, Oktober 20, 2006

Selamat Hari Raya 'Idul Fithri 1427H



Ramadhan boleh berakhir, namun semangatnya wajib kita jaga. Mari kita teruskan usaha untuk menjadi orang yang berTaqwa, semoga ALLAH pertemukan kita di Ramadhan 1428H.

Sukma Mahendra sekeluarga mengucapkan :
" Selamat Hari Raya 'Idul Fithri, TaqabbalaLLAHu Minna Waminkum Shiyamana wa shiyamakum, Kullu 'Amin wa antum bikhairin, Ja’alanaLLAHu minal ’aidin walfaidzin. "

Kamis, Oktober 19, 2006

Ucapkan Insya ALLAH


Orang 1: Eh gw mau ujian nih besok. Ujiannya susaaaaaaaaaaaah banget. Do'ain gw ya!!
Orang 2: Iya, beres..

Pernahkah anda menemui situasi seperti tersebut di atas? Atau mungkin situasi yang mirip dengan di atas entah bahasanya yang berbeda kah dengan anda menjadi orang 1 kah, menjadi orang ke-2 kah, atau menjadi orang di luar ke-2 orang tersebut kah..

Dari percakapan singkat di atas ada beberapa kemungkinan skenario kejadian berikutnya yang bisa jadi bertentangan dengan apa yang disebutkan oleh kedua orang tadi. Kemungkinan itu antara lain:
1. Ujiannya gak jadi
2. Ujiannya ternyata gak susah
3. Orang 2 tidak juga mendo'akan orang 1 entah karena malas, lupa, dsb.
4. ...

Saya ingin menanggapi satu-persatu skenario di atas:

Untuk point 2: "Ujiannya ternyata gak susah"
Ini bertolak belakang dengan perkataan Orang 1 pada percakapan di awal tulisan ini (Ujiannya susaaaaaaaaaaaah banget). Dalam kasus ini tampak dengan jelas bahwa Orang 1 melakukan apriori buruk terhadap ujian tersebut. Mungkin karena mendengar dari orang yang terlebih dahulu pernah mengikuti ujian tersebut atau lain sebagainya. Atau bahkan memang ujiannya tidak susah hanya saja Orang 1 tidak pernah/tidak siap menghadi ujian tersebut.

Untuk point 1 dan 3: "Ujiannya gak jadi" dan "Orang ke-2 tidak juga mendo'akan orang 1 entah karena malas, lupa, dsb."
Ini bertolak belakang dengan ucapan "Eh gw mau ujian nih besok" dan "Iya, beres.." pada percakapan di awal. Pada kasus ini jelas menurut syariah, orang 1 dan orang 2 bersalah karena telah berani mengucapkan sesuatu yang pada akhirnya tidak dilakukannya atau tidak terjadi. Orang tersebut telah jatuh kepada pasal "mendahului kehendak ALLAH" atau "sombong" karena seolah tahu pasti bahwa sesuatu yang akan terjadi di kemudian hari pasti sesuai dengan apa yang diucapkannya. Sebenarnya point 2 juga bisa masuk kategori ini, cuma itu agak relatif..

Bagaimana sebenarnya syariah Islam memandang hal ini? Dalil dasar yang sangat kuat telah difirmankan ALLAH. Hukum itu tertuang di surah Al Kahfi ayat 23-24 yang bila diterjemahkan menjadi :
"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu 'sesungguhnya aku akan mengerjakan esok,' kecuali (dengan mengucapkan) insya Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah 'mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini."

Jadi dari ayat tersebut jelas bahwa ISLAM melarang manusia untuk mengucapkan sesuatu yang belum akan terjadi dengan merasa yakin bahwa itu akan terjadi. Sebagai solusi, ISLAM menyuruh kita mendahulukan hal2 itu dengan perkataan INSYA ALLAH (bila ALLAH menghendaki).

Bila ada yang masih berkata: "ah bikin repot aja. Walaupun gak mengucap "insya ALLAH" kan sebenarnya maksud kita ada "insya ALLAH"-nya", maka saya berkata ALLAH aja bikin bola mata anda sedemikian kompleks dengan tidak mengeluh "ah repot". Itu baru sebagian dari organ anda. Bagaimana kalau ALLAH seperti anda misalnya mengucap "ah repot ah bikin mulutnya, repot bikin tangannya, repot bikin kakinya, repot.." jadi makhluk seperti apa anda sekarang??

Saya berharap kita sekarang mulai memahami bahwa nikmat ALLAH yang diberikan kepada kita sangat banyak bahkan tak terhitung. Oleh sebab itu hendaknya kita mulai "membalas budi" kita kepada ALLAH dengan cara hidup mengikuti Syariah yang ditetapkan oleh ALLAH. Kita wajib hidup dengan mengikuti apa yang ALLAH kehendaki bukan ALLAH harus mengikuti kehendak kita. Bukankah ALLAH telah berungkali menyebutkan ayat : "Maka nikmat ALLAH mana lagi yang akan engkau dustakan" di surat Ar Rahmaan?

Oleh sebab itu maka kita buktikan ketaatan kita dengan mengikuti Syariah.

~cslab-1105-20, 19 Oktober 2006, pukul 17.23 WIB

Note:
- Syariah = hukum ALLAH
- Baca artikel bagus mengenai "Insya ALLAH" di sini

Selasa, Oktober 17, 2006

Wahai saudari, tegakkanlah syariah dengan menjadi ahli kandungan


Untuk kita renungi bersama, ternyata Islam sangat menghargai wanita. Saking menghargainya, Islam bahkan sangat "protektif" dalam menjaga individu seorang wanita. Tidak boleh wanita dipegang-pegang sembarangan oleh pria yang bukan muhrimnya. Wanita ibarat berlian di suatu pameran berlian mewah yang tidak boleh disentuh oleh sembarang orang, kecuali orang yang telah positif membelinya. Berlian yang mewah tersebut tentunya akan ditempatkan di suatu tempat khusus dengan pengamanan yang ekstra. Maklum, kalau sampai kecurian, maka penyelenggara akan menderita kerugian yang sangat besar. Jadi, menjaga wanita misalnya tidak bersentuhan dengan wanita yang bukan muhrim bukanlah ajaran sesat dari para "fundamentalis" Islam seperti yang banyak di katakan para satanic. Sebaliknya itu merupakan fasilitas istimewa yang diberikan Islam kepada manusia bergender perempuan.

Apakah ada dalil syar'i mengenai hal ini? Ada, banyak bahkan. Dalam banyak hadits, dikatakan bahwa RasuluLLAH tidak berjabat tangan (bersentuhan) dengan wanita yang bukan mahromnya. Namun demikian RasuluLLAH pernah bersentuhan, namun bersentuhannya pun dengan orang yang tua dan sangat butuh bantuan. Kisah itu tertuang misalnya dalam suatu hadits "Dari Anas bin Malik r.a., ia berkata: "Sesungguhnya seorang budak wanita diantara budak-budak penduduk Madinah memegang tangan Rasulullah saw., lalu membawanya pergi ke mana ia suka."" (HR. Bukhari).

ALLAH di dalam Al Quran juga dengan tegas berpesan kepada para pria sebagai berikut: "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."" (An Nuur : 30). Jelas sudah bahwa jangankan menyentuh, bagi orang beriman, melihat saja hendaknya dijaga agar tidak menimbulkan maksiat yang berkelanjutan.

Berhubungan dengan hal tersebut di atas, saya kali ini akan mengangkat sebuah harapan yang kira2 telah tercantum di dalam judul dari postingan ini : "Wahai saudari, tegakkanlah syariah dengan menjadi ahli kandungan".

Ya, seperti telah kita ketahui bersama bahwa di zaman sekarang banyak sekali manusia yang berprofesi sebagai dokter ahli kandungan. Sayangnya para dokter ahli kandungan tersebut banyak yang bergender laki-laki. Salahkah dokter kandungan yang bergender laki-laki? Jawaban saya: JELAS SALAH, selama masih ada perempuan yang bisa menjadi dokter kandungan / ahli dalam membantu persalinan. Landasannya sangat jelas dan sudah saya lampirkan di atas, bahwa tidak boleh pria menyentuh dengan sengaja wanita yang bukan muhrimnya. Apalagi dokter kandungan, yang tentunya yang dilakukannya tidak sekadar menyentuh saja tapi juga pasti sampai melihat dan (maaf) "memegang" aurat perempuan dalam proses persalinan bayi. Bila ada wanita yang mengatakan: "Aah, gak masalah kok. Kan ini dilakukan dalam taraf medis. Gak mungkinlah dokternya mikir macem2. Mereka kan professional dan sudah disumpah untuk menjalankan etika kedokteran", pasti wanita itu belum pernah mengetahui ayat atau setidaknya belum memahami ayat :
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."" (An Nuur : 31).

Oleh sebab itu saya menghimbau :
1. untuk para wanita secara umum, hendaklah sedapat mungkin, dan wajib ada dari golongan anda, perempuan yang berprofesi sebagai ahli kandungan yang dapat memberikan pertolongan medis yang sesuai syariah kepada para ibu yang sedang mengandung. Jangan berhenti untuk bercita-citalah melahirkan anak2 perempuan yang kemudian diarahkan untuk menjadi penegak syariah dengan menimba ilmu tentang medis terutama kandungan. Insya ALLAH keikhlasan anda dalam menjadikan diri anda/anak keturunan anda berperan sebagai wanita ahli kandungan/persalinan akan dinilai ALLAH sebagai ketaatan luar biasa yang akan dapat menurunkan Ridho ALLAH kepada anda.

2. untuk ibu-ibu yang sedang mangandung, harap bantu tegakkan syariah dengan hanya memeriksakan kandungan kepada paramedis perempuan. Please, jangan sekali-kali melanggar surat An Nuur ayat 31 karena bisa jadi murka ALLAH akan menimpa. Sedangkan mungkin saja bila murka ALLAH menimpa tidak hanya perorangan yang merasakan, tapi juga lingkungan sekelilingnya. Anda hanya boleh memeriksakan kandungan / menjalani persalinan kepada dokter laki-laki bila memang tidak ada lagi dokter perempuan. Sekali lagi ini tidak berarti Islam membatasi dan menghalang-halangi anda, justru ini bermaksud menjaga kehormatan anda sebagai wanita.

3. untuk pria yang berharap dan bercita-cita untuk jadi dokter kandungan, HARAP URUNGKAN NIAT anda. Ini juga tidak berarti Islam menghalang-halangi anda, tetapi sekali lagi, ini untuk menjaga kemuliaan saudari-saudari kita. Insya ALLAH masih banyak profesi lain yang akan mendatangkan berkah bagi anda.

4. untuk pemerintah dan institusi pendidikan, harap juga bantu tegakkan syariah dengan cara membatasi program studi kandungan hanya boleh diambil oleh perempuan. Demi ALLAH, anda tidak akan mengalami kerugian sedikitpun dengan kebijakan tersebut. Insya ALLAH akan terbuka gerbang lain untuk meraih profit dengan berkah.

5. untuk pria yang sudah terlanjur menjadi dokter kandungan, harap dipahami bahwa saya tidak bermaksud untuk mematikan karir anda. Saya harap anda berpikir jernih dan memahami bahwa ini bukan sekadar urusan dunia, ini masuk wilayah akhirat juga. Insya ALLAH bila anda memahaminya, maka ALLAH juga akan menurunkan nikmat kepada anda dari segala arah yang tidak terduga, dari jalan lain.

6. terakhir, untuk para perempuan yang telah berprofesi atau bercita-cita untuk jadi paramedis/ahli kandungan/persalinan, luruskan niat kalian. Insya ALLAH keridhoan ALLAH akan diturunkan kepada anda. Kesalutan saya juga akan selalu menyertai anda.

Demikian himbauan saya untuk beberapa pihak, semoga dapat dipahami dengan setulus hati dan seikhlash mungkin. Saya hanya membantu untuk menciptakan lingkungan dan kondisi yang sesuai syariah. Ingat, syariah akan membawa keberkahan tidak hanya bagi kalangan muslim saja, tetapi keberkahan dan kedamaian untuk semua pihak.

WaLLAHu 'alam bishshowwab..
Jln. H. Koja II, 16 Oktober 2006 pukul 23.47
(diilhami dan merupakan pengembangan dari sebuah artikel tanya jawab di situs eramuslim.com)

Kamis, Oktober 12, 2006

Kisah Ust. S : Nasihat untuk da'i yang sering berkeluh kesah


Kisah Ust. S : Nasihat untuk da'i yang sering berkeluh kesah.

Kemarin alhamduliLLAH kami bertemu dengan salah seorang syaikhud Da'wah Indonesia dalam sebuah majelis. Memang sudah lama kami tidak bermuwajahah dengan beliau. Mungkin pertemuan ana dengan beliau terakhir kali adalah sekitar setahun lalu. Bisa dibilang beliau merupakan asset nasional. Dan bagi kami ikhwah di Jakarta (khususnya yang bergelut dalam Da'wah sekolah) insya ALLAH tidak asing lagi dengan beliau. Sebut saja ustadz tersebut Ustadz S (disingkat menjadi Ust. S).

Pada kesempatan pertemuan di malam hari itu, beliau bercerita tentang aktivitas da'wahnya yang baru di daerah pelosok Riau. Ust. S bercerita sambil membolak-balik foto yang sempat ia ambil di sana sebagai penggambaran fakta daerah yang dia tempati kini. Beliau bercerita bahwa area di sana sangat menantang, menyulitkan, dst.. yang pasti sangat jauh berbeda dengan area surga da'wah Indonesia (Jakarta-red.). Fasilitas sama sekali tidak didapatkannya di sana, bahkan termasuk tempat tinggal. Hingga kini, beliau menumpang di sebuah gedung TK di sana, tanpa pekerjaan, tanpa saudara (kandung). Pemasukan dan penghidupan hanya didapatnya dari kafalah da'wah serta solidaritas kader dan simpatisan da'wah di sana. Itu juga pun sebenarnya sangat minim untuk dapat bergerak di sana.

Sebagai informasi, beliau diamanahkan untuk berda'wah di sebuah kabupaten di sana. Satu kabupaten tersebut memiliki 14 kecamatan. Jarak antarkecamatan sekitar puluhan kilometer atau bila ditempuh dengan motor sekitar 1,5 jam (paling cepat). Jalanan yang mesti ditempuhnya tidak main-main. Di sana masih ada harimau dan ular-ular besar. Bahkan suatu hari diperjalanannya berkendara motor, beliau pernah melindas seekor ular phyton besar. Karena gelap (malam hari) tadinya dikira itu adalah polisi tidur, namun ternyata disadari itu adalah ular phyton. Bahkan ada sebuah kecamatan paling ujung yang harus ditempuh dengan jalan transportasi air. Jadi untuk bisa ke kecamatan itu dibutuhkan dana ratusan ribu.

Untuk menangani daerah di sana, beliau hanya dibantu oleh 12 orang kader da'wah yang sudah terlebih dahulu menetap di sana. Jumlah itu jelas sangat tidak cukup mengingat luasnya daerah tersebut. Apalagi kader2 tersebut memiliki kesibukan masing2 juga. Namun itu tak membuatnya gentar. Kecintaannya dengan da'wah telah membuatnya tegar. Tak pernah beliau berkeluh kepada manusia. Keluh kesah hanya diadukannya langsung kepada Sang Maha Penghibur, ALLAH, dalam setiap sholat malamnya yang tak putus selama tiga bulan beliau ditugaskan ke sana, hingga kini.

SubhanaLLAH, karena mungkin dikerjakan dengan ikhlash, ALLAH pun memberikan berkah di atas segala keterbatasan tersebut. Menurut kader2 da'wah yang ada di sana seperti yang dituturkan mereka kepada Ust. S, secara jujur dan berdasarkan fakta mereka menilai sejak kedatangan Ust S, da'wah berkembang dengan sangat pesat. Misal di suatu desa di wilayah berpenduduk mayoritas nasrani, ketika Ust. S berceramah di masjid sana, ada penduduk yang kemudian masuk Islam dengan sukarela. Di kecamatan lain, Ust. S pernah datang untuk berceramah pertama kali di sebuah masjid yang sedang dibangun. Menurut sumber terpercaya, pembangunan masjid itu sudah stagnan sejak beberapa lama. Namun pasca kedatangan Ust. S para penduduk kembali bersemangat meneruskan pembangunan masjid. Dan ketika Ust. S untuk kedua kalinya datang ke sana selang satu bulan, masjid tersebut sudah hampir jadi, dindingnya telah tinggi dan kokoh meski terbuat dari kayu, pintu dan jendela telah terpasang rapi.. SubhanaLLAH.

Yang lebih membuat Ust. S bersyukur adalah sambutan masyarakat sana terhadap da'wah ternyata sangat baik. Seiring dengan seringnya Ust S. bersafari da'wah di sana, makin banyak pula orang yang merequest untuk mengaji dan konsisten dengan tarbiyah Islam. Makin banyak orang yang mulai konsisten untuk sholat, dari yang sebelumnya tidak pernah sholat, terutama di daerah yang paham animisme/dinamismenya masih kuat.

Dengan semangat Ust. S menceritakan pengalamannya di sana hingga tak terasa malam makin larut. Terakhir beliau menganjurkan kami untuk sekali-kali rihlah melakukan kunjungan ke daerah2 yang seperti beliau tempati itu. Menurutnya, dalam kondisi sulit, nikmat dan pertolongan ALLAH yang kita anggap kecil akan terasa sangat besar. Kunjungan ke daerah seperti itu juga akan menguji keistiqomahan kita dalam berda'wah. Akan teruji siapa yang teguh dan siapa yang cengeng.

Ada satu informasi yang ingin ana sampaikan, agenda Ust. S selama di Jakarta (sebelum kembali ke Riau insya ALLAH tgl 2 November 2006) adalah mempersiapkan logistik da'wah sebanyak-banyaknya. Beliau akan berkeliling masjid2 dalam 10 hari terakhir Romadhon untuk menggalang dana untuk kegiatan da'wah di sana. Menurut beliau, bahan yang sangat dibutuhkan adalah buku2 da'wah seperti buku fiqh sunnah, buku2 harokah, atribut2 Islam seperti pakaian, topi, slayer, bendera, tas kresek, stiker, serta apa pun yang bernuansa da'wah/Islam, termasuk yang bernuansa partai (untuk partai, beliau menyebutkan spesifik : Partai Keadilan Sejahtera). Bila ada ikhwah sekalian yang ingin berinfaq sesuai dengan keperluan yang disebutkan di atas bisa menghubungi ana di sukmadils@yahoo.com untuk membicarakan kelanjutannya.

Sekali lagi da'wah Islam baru kan tegak bila da'i nya bersungguh-sungguh untuk mengusungnya. Kemenangan tidak kan datang sebelum kita menyerahkan sesuatu yang terbaik yang kita miliki.

Afwan minKum.. Wassalamu'alaykum warohmatuLLAHi wabarokatuhu

Depok, 12 Oktober 2006

Rabu, Oktober 04, 2006

Renungan tentang Bulan Ramadhan oleh Imam As-Syahid Hassan Al-Banna



Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Kita ucapkan shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, juga untuk segenap keluarga dan sahabatnya, serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat.

Wahai Ikhwan yang mulia. Saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari sisi Allah yang diberkati dan baik: assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Pada malam ini, yang merupakan akhir bulan Sya’ban, kita menutup serial kajian kita tentang Al-Qur’anul Karim, tentang kitab Allah swt. Insya Allah, pada sepuluh malam yang pertama bulan Syawal, kita kembali kepada tema tersebut. Setelah itu kita akan membuka serial baru dari ceramah-ceramah Ikhwan, yang temanya insya Allah: Kajian-Kajian tentang Sirah Nabi dan Tarikh Islam.

Ramadhan adalah bulan perasaan dan ruhani, serta saat untuk menghadapkan diri kepada Allah. Sejauh yang saya ingat, ketika bulan Ramadhan menjelang, sebagian Salafush Shalih mengucapkan selamat tinggal kepada sebagian lain sampai mereka berjumpa lagi dalam shalat ‘Id. Yang mereka rasakan adalah ini bulan ibadah, bulan untuk melaksanakan shiyam (puasa) dan qiyam (shalat malam) dan kami ingin menyendiri hanya dengan Tuhan kami.

Ikhwan sekalian, sebenarnya saya berupaya untuk mencari kesempatan untuk mengadakan kajian Selasa pada bulan Ramadhan, tetapi saya tidak mendapatkan waktu yang sesuai. Jika sebagian besar waktu selama setahun telah digunakan untuk mengadakan kajian-kajian tentang Al-Qur’an, maka saya ingin agar waktu yang ada di bulan Ramadhan ini kita gunakan untuk melaksanakan hasil dari kajian-kajian tersebut. Apalagi, banyak di antara ikhwan yang melaksanakan shalat tarawih dan memanjangkannya, sampai mengkhatamkan Al-Qur’an satu kali di bulan Ramadhan. Ini merupakan cara mengkhatamkan yang indah. Jibril biasa membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari Nabi saw. Sekali dalam setahun. Nabi saw. mempunyai sifat dermawan, dan sifat dermawan beliau ini paling menonjol terlihat pada bulan Ramadhan ketika Jibril membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an beliau. Beliau lebih dermawan dan pemurah dibandingkan dengan angin yang ditiupkan. Kebiasaan membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an ini terus berlangsung sampai pada tahun ketika Rasulullah saw. diberi pilihan untuk menghadap kepada Ar-afiq Al-A’la (Allah swt. — pen.), maka ketika itu Jibril membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an beliau dua kali. Ini merupakan isyarat bagi Nabi saw. bahwa tahun ini merupakan tahun terakhir beliau hidup di dunia.

Ikhwan sekalian, Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Rasulullah saw. pernah bersabda mengenainya, “Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalangi-nya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafa ‘at untuknya.’ Sedangkan Al-Qur’an akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dan tidur di malam hari, maka perkenankan aku memberikan syafaat untuknya. ‘Maka Allah memperkenankan keduanya
memberikan syafaat. ” (HR. Imam Ahmad dan Ath Thabrani)

Wahai Ikhwan, dalam diri saya terbetik satu pemikiran yang ingin saya bicarakan. Kerana kita berada di pintu masuk bulan Puasa, maka hendaklah pembicaraan dan renungan kita berkaitan dengan tema bulan Ramadhan.

Ikhwan sekalian, kita telah berbicara panjang lebar tentang sentuhan perasaan cinta dan persaudaraan yang dengannya Allah telah menyatukan hati kita, yang salah satu dampaknya yang paling terasa adalah terwujudnya pertemuan ini kerana Allah. Bila kita tidak akan berjumpa dalam masa empat pekan atau lebih, maka bukan berarti bara perasaan ini harus padam atau hilang. Kita tidak mesti melupakan prinsip-prinsip luhur tentang kemuliaan dan persaudaraan kerana Allah, yang telah dibangun oleh hati dan perasaan kita dalam majelis yang baik ini. Sebaliknya, saya yakin bahwa ia akan tetap menyala dalam jiwa sampai kita biasa berjumpa kembali setelah masa percutian ini, insyaAllah. Jika ada salah seorang dari Anda melaksanakan shalat pada malam Rabu, maka saya berharap agar ia mendoakan kebaikan untuk ikhwannya. Jangan Anda lupakan ini! Kemudian saya ingin Anda selalu ingat bahwa jika hati kita merasa dahaga akan perjumpaan ini selama minggu-minggu tersebut, maka saya ingin Anda semua tahu bahwa dahaganya itu akan dipuaskan oleh mata air yang lebih utama, lebih lengkap, dan lebih tinggi, yaitu hubungan dengan Allah swt., yang merupakan cita-cita terbaik seorang mukmin bagi dirinya, di dunia maupun akhirat.

Kerana itu, Ikhwan sekalian, hendaklah Anda semua berusaha agar hati Anda menyatu dengan Allah swt. Pada malam-malam bulan mulia ini. Sesungguhnya puasa adalah ibadah yang dikhususkan oleh Allah swt. bagi diri-Nya sendiri. “Semua amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. la untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya.”

Ini, wahai Akhi, mengisyaratkan bahwa setiap amal yang dilaksanakan oleh manusia mengandung manfaat lahiriah yang bisa dilihat, dan di dalamnya terkandung semacam bagian untuk diri kita. Kadang-kadang jiwa seseorang terbiasa dengan shalat, sehingga ia ingin melaksanakan banyak shalat sebagai bagian bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan dzikir, sehingga ia ingin banyak berdzikir kepada Allah sebagai bagian bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan menangis kerana takut kepada Allah, maka ia ingin banyak rnenangis kerana Allah sebagai bagian bagi dirinya. Adapun puasa, wahai Akhi, di dalamnya tidak terkandung apa pun selain larangan. Ia harus melepaskan diri dari bermacam keinginan terhadap apa yang menjadi bagian dirinya. Bila kita terhalang untuk berjumpa satu sama lain, maka kita akan banyak berbahagia kerana bermunajat kepada Allah swt. Dan berdiri di hadapan-Nya, khusus-nya ketika melaksanakan shalat tarawih.

Ikhwan sekalian, hendaklah senantiasa ingat bahwa Anda semua berpuasa kerana melaksanakan perintah Allah swt. Maka berusahalah sungguh-sungguh untuk beserta dengan Tuhan Anda dengan hati Anda pada bulan mulia ini. Ikhwan sekalian, Ramadhan adalah bulan keutamaan. Ia mempunyai kedudukan yang agung di sisi Allah swt. Hal ini telah dinyatakan dalam kitab-Nya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeza (antara yang haq dan yang batil).” (Al-Baqarah:185)

Wahai Akhi, pada akhir ayat ini Anda mendapati: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al-Baqarah: 185) Puasa adalah kemanfaatan yang tidak mengandung bahaya. Dengan penyempurnaan puasa ini, Allah swt. akan memberikan hidayah kepada hamba-Nya. Jika Allah memberikan taufiq kepada Anda untuk menyempurnakan ibadah puasa ini dalam rangka menaati Allah, maka ia adalah hidayah dan hadiah yang patut disyukuri dan selayaknya Allah dimahabesarkan atas karunia hidayah tersebut. “Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.” (Al-Baqarah: 185) Kemudian, lihatlah wahai Akhi, dampak dari semua ini. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah; 186)

Wahai Akhi, di sini Anda melihat bahwa Allah Yang Maha Benar meletakkan ayat ini di tempat ini untuk menunjukkan bahwa Dia swt. paling dekat kepada hamba-Nya adalah pada bulan mulia ini. Allah swt. telah mengistimewakan bulan Ramadhan. Mengenai hal ini terdapat beberapa ayat dan hadits. Nabi saw. bersabda, “Jika bulan Ramadhan datang, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu, kemudian datang seorang penyeru dari sisi Allah Yang Mahabenar swt “Wahai pencari kejahatan, berhentilah! Dan wahai pencari kebaikan, kemarilah!’”

Wahai Akhi, pintu-pintu surga dibuka, kerana manusia berbondong-bondong melaksanakan ketaatan, ibadah, dan taubat, sehingga jumlah pelakunya banyak. Setan-setan dibelenggu, kerana manusia akan beralih kepada kebaikan, sehingga setan tidak mampu berbuat apa-apa. Hari-hari dan malam-malam Ramadhan, merupakan masa-masa kemuliaan yang diberikan oleh Al-Haq swt., agar orang-orang yang berbuat baik menambah kebaikannya dan orang-orang yang berbuat jahat mencari karunia Allah swt. sehingga Allah mengampuni mereka dan menjadikan mereka hamba-hamba yang dicintai dan didekatkan kepada Allah.

Keutamaan dan keistimewaan paling besar bulan ini adalah bahwa Allah swt. telah memilihnya menjadi waktu turunnya Al-Qur’an. Inilah keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan. Kerana itu, Allah swt. mengistimewakan dengan menyebutkannya dalam kitab-Nya.” (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an.” (Al-Baqarah: 185)

Ada ikatan hakikat dan fisik antara turunnya Al-Qur’an dengan bulan Ramadhan. Ikatan ini adalah selain bahwa Allah telah menurunkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan, maka di bulan ini pula Dia mewajibkan puasa. Kerana puasa artinya menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat. Ini merupakan kemenangan hakikat spiritual atas hakikat material dalam diri manusia. Ini berarti, wahai Akhi, bahwa jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani. Dalam kondisi seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, kerana ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah swt. Kerana itu, bagi Allah, membaca Al-Qur’an merupakan Ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.

Pada kesempatan ini, Ikhwan sekalian, saya akan meringkaskan untuk Anda semua pandangan-pandangan saya tentang kitab Allah swt., dalam kalimat-kalimat ringkas.


Wahai Ikhwan yang mulia, tujuan-tujuan asasi dalam kitab Allah swt. dan prinsip-prinsip utama yang menjadi landasan bagi petunjuk Al-Qur’an ada empat:

1. Perbaikan Aqidah

Anda mendapati bahwa Al-Qur’anul Karim banyak menjelaskan masalah aqidah dan menarik perhatian kepada apa yang seharusnya tertanam sungguh-sungguh di dalam jiwa seorang mukmin, agar ia bisa mengambil manfaatnya di dunia dan di akhirat. Keyakinan bahwa Allah swt. adalah Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa, Yang menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan bersih dari seluruh kekurangan. Kemudian keyakinan kepada hari akhir, agar setiap jiwa dihisab tentang apa saja yang telah dlkerjakan dan ditinggal kannya. Wahai Akhi, jika Anda mengumpulkan ayat-ayat mengenai aqidah dalam Al-Qur’an, niscaya Anda mendapati bahwa keseluruhannya mencapai lebih dari sepertiga Al-Qur’an. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Baqarah, “Hai manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian; kerana itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22)

Wahai Akhi, setiap kali membaca surat ini, Anda mendapati kandungannya ini melintang di hadapan Anda. Allah swt. juga berfirman dalam surat Al-Mukminun, “Katakanlah, Kepunyaan siapa-kah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak ingat?’ Katakanlah, ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak bertaqwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?’ Sebenar-nya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.” (Al-Mukminun: 84-90)

Allah swt. juga berfirman di surat yang sama, “Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikannya) maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (Al-Mukminun: 101-103)

Allah swt. juga berfirman, “Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi (jadi begini)?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Kerana sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Az-Zalzalah: 1-8)

Allah swt. berfirman, “Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu? Tahukah kalian apakah hari Kiamat itu?” (Al-Qari’ah: 1-3) Dalam surat lain Allah berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikan kalian. Sampai kalian masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu). Dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui.” (At-Takatsur: 1-4) Wahai Akhi, ayat-ayat mi menjelaskan hari akhirat dengan pen-jelasan gamblang yang bisa melunakkan hati yang keras.

2. Pengaturan Ibadah

Anda juga membaca firman Allah swt. mengenai ibadah. “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” (Al-Baqarah: 43) “…diwajib-kan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian.” (Al-Baqarah: 183) “…mengerjakan haji adalah kewa-jiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali-Imran: 97) Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” (Nuh: 10) Dan banyak lagi ayat-ayat lain mengenai ibadah.

3. Pengaturan Akhlak

Mengenai pengaturan akhlak, wahai Akhi, Anda biasa membaca firman Allah swt. “Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.” (Asy-Syams: 7-8) “…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d:11) “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. Dan orang-orang yang sabar kerana mencari ridha Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (Sambil mengucapkan), ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu),’ maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 19-24) Wahai Akhi, Anda mendapati bahwa akhlak-akhlak mulia bertebaran dalam kitab Allah swt. dan bahwa ancaman bagi akhlak-akhlak tercela sangatlah keras. “Dan orang-orang yang memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).” (Ar-Ra’d: 25)

Inilah peraturan-peraturan tersebut, Ikhwan sekalian, sebenarnya, peraturan-peraturan itu lebih tinggi daripada yang dikenal oleh manusia, kerana di dalamnya terkandung semua yang dikehendaki manusia untuk mengatur urusan masyarakat. Ketika mengupas sekelompok ayat, maka Anda mendapati makna-makna ini jelas dan gamblang. “Seperempat Juz Khamr” yang diawali dengan “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi” (Al-Baqarah: 219), mengandung lebih dari dua puluh lima hukum praktis: tentang khamr, judi, anak-anak yatim, pernikahan laki-laki dan wanita-wanita musyrik, haid, sumpah, ila’, talak, rujuk, khuluk, nafkah, dan hukum-hukum lainnya yang banyak sekali Anda dapatkan dalam seperempat juz saja. Hal ini kerana surat Al-Baqarah datang untuk mengatur masyarakat Islam di Madinah.

Ikhwan tercinta, hendaklah Anda semua menjalin hubungan dengan kitab Allah. Bermunajatlah kepada Tuhan dengan kitab Allah. Hendaklah masing-masing dari kita memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang telah saya sebutkan ini, kerana itu akan memberikan manfaat yang banyak kepada Anda, wahai Akhi. Insya Allah Anda akan mendapatkan manfaat darinya.

Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad dan kepada segenap keluarga dan sahabatnya.

===================================================
sumber : http://www.dakwah.info/v2/?p=221#more-221
===================================================