Kali ini saya mencoba menuliskan pengalaman mengenai kunjungan saya (untuk pertama kalinya) ke Danau Toba, Sumatera Utara. Mengapa saya tergugah untuk menuliskan hal ini? Setidaknya ada beberapa hal:
1. Saya yakin banyak orang yang hendak mengunjungi Danau Toba (untuk pertama kalinya) mencari-cari referensi mengenai kunjungan ke Danau Toba. Betul? Yah, setidaknya itu yang saya alami ketika hendak pertama kali ke sana. Dengan menuliskan pengalaman mengunjungi Danau Toba, saya berharap dapat menjadi
jariyyah (pahala berkesinambungan). Aamiin.. =)
2. Saya mencoba meng-
update pengalaman mengunjungi Danau Toba yang telah dituliskan oleh penulis-penulis sebelumnya di dunia maya (saya berterima kasih kepada beberapa orang yang telah menuliskan pengalamannya ke Danau Toba).
3. Untuk mengarsipkan salah satu pengalaman berharga yang telah saya lalui. Semoga saya bisa senantiasa bersyukur atas nikmat Allah yang diberikan kepada saya.
4. Untuk “mengabadikan hidup” karena ada ungkapan “setiap orang mati kecuali yang memiliki tulisan”.
5. Mengasah kemampuan menulis saya yang sudah lama tidak diasah.
Di luar konteks cerita perjalanan saya, ada hal menarik dari proses penulisan ini. Saya akhirnya baru dapat menyelesaikan tulisan ini pada bulan Mei 2014 yang berarti 7 bulan lewat dari waktu perjalanan saya ke sana. Mengapa begitu lama? Sebenarnya saya sudah menyelesaikan tulisan ini lebih cepat, namun ketika itu saya menyimpannya di dalam
flashdisk yang pada suatu saat ketika memasukkan
flashdisk di suatu komputer di kantor, ada virus ganas yang merusaknya dan tidak bisa di-
recover karena
filenya dibuatnya
corrupt! Sempat lemas juga..tapi akhirnya 5 hal di atas dapat membangkitkan semangat saya untuk sedikit demi sedikit merekonstruksikan ulang tulisan yang telah saya buat.
Pengalaman ini saya coba tulis
tidak dengan perspektif “pengalaman saya” semata, tetapi lebih saya coba tulis dengan perspektif “pengalaman untuk anda”. Di beberapa tempat saya munculkan blok “info pengayaan & tips” untuk menandakan bahwa konten tersebut bisa jadi info & tips yang berharga untuk pembaca. Semoga hal itu dapat menambah value kebermanfaatan bagi pembaca =)
Sebelum beranjak jauh, saya sampaikan dahulu kekurangan tulisan ini, antara lain: 1) tidak disertai gambar/foto perjalanan, dan 2) gaya penulisannya bergaya kronologis kental, kurang berseni, hehe.. semoga tidak mengurangi
value tulisan ini =)
Sebenarnya kunjungan ke Danau Toba yang saya lakukan direncanakan dengan “tiba-tiba” saja, sebutlah sekadar pelengkap pelaksanaan tugas kantor saya ke Provinsi Sumatera Utara. Selayaknya orang yang akan melakukan sesuatu untuk yang pertama kali, saya mencoba mencari tahu sebanyak-banyaknya informasi mengenai hal2 terkait. Informasi berharga banyak saya dapatkan dari tulisan-tulisan para
blogger mengenai pengalamannya berkunjung ke Danau Toba (terima kasih sekali lagi untuk mereka=)).
Ok, saya memulai perjalanan ke Danau Toba pada hari jum’at
18 Oktober 2013 bersama dengan istri dan putri saya yang berusia 3 tahun kurang. Saat itu, Bandara komersial Sumatera Utara telah berpindah dari Polonia Medan ke Bandara
KualaNamu International Airport (KNIA) – Deli Serdang. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari internet, ada beberapa cara untuk menuju Danau Toba dari KNIA, dan cara yang akhirnya saya pilih adalah dengan menggunakan jasa
Shared-Taksi dari perusahaan
Nice Taxi, dengan tujuan ke
Parapat.
Singkat cerita, malam itu kami berangkat dari KNIA pukul 20.30 dengan
driver taksinya bernama Pak Purba. Di perjalanan ternyata macet karena ada kecelakaan dan hujan menjelang Parapat. Alhasil kami baru memasuki wilayah Parapat jam 1-an dinihari, sampai di hotel tujuan jam 2 kurang, dan kami langsung beristirahat.
Lanjut,
shubuh hari kami sudah bangun dan mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan menyeberangi Danau Toba menuju Pulau Samosir. Selepas mandi dan sarapan pagi, kami langsung bergegas berangkat menuju pelabuhan Tigaraja untuk mengejar ferry dengan keberangkatan pukul 7.30. Kami membawa bekal secukupnya saja, terutama makanan kecil dan minuman, sedangkan barang-barang lain kami tinggal di kamar hotel. Alhamdulillah kami berhasil tiba di pelabuhan Tigaraja pukul 7.30 dan langsung menaiki ferry dengan tujuan ke Desa Tuk-Tuk. Kami memilih naik di lantai 2 agar lebih leluasa memandangi keindahan Danau Toba dan bukit-bukit di sekeliling danau. Di sana ternyata juga sudah ada beberapa penumpang, lokal dan internasional.
Tak berapa lama menunggu, ferry segera beranjak menjelajahi danau. Rupanya ferry berangkat berdasarkan jadwal waktu, bukan penuhnya penumpang. Angin semilir mulai terasa membelai wajah. Perairan luas dan bukit sekeliling yang hijau terasa memanjakan mata. Gerimis yang turun saat itu tidak menghalangi kami untuk meng-
explore pemandangan. Senyum kami tak henti-hentinya mengembang menyertai rasa syukur. Kesyukuran yang muncul karena akhirnya pada hari itu kami bisa “merasakan” berada di Danau Toba!
Allahu Akbar!!
Saat ferry semakin menuju ke tengah, hujan deras turun, angin semakin menguat, dan udara semakin dingin. Jaket yang telah membungkus badan tidak mampu menangkal dinginnya udara. Atap ferry yang “seadanya” juga tidak mampu menahan lebatnya air sehingga air bocor di sana-sini. Pakaian kami basah, namun kami hanya bisa berdiam diri sambil menunggu ferry merapat ke tepian Tuk-Tuk.
Sekitar menit ke 30 pascakeberangkatan dari Tigaraja, ferry mulai menepi ke Tuk-Tuk, tepatnya di resort Carolina. Penumpang dengan tujuan Tuk-Tuk termasuk kami di dalamnya serta merta turun dan berlarian ke dalam resort guna berlindung dari hujan yang masih cukup deras. Pengelola resort memang memperbolehkan setiap traveler yang datang ke Tuk-Tuk untuk masuk ke dalam. Di dalam
office-nya ada beberapa benda/lukisan yang indah dan bercirikan/bertuliskan desa Tuk-Tuk/Resort Carolina. Sambil meneduh dan menunggu pakaian agak kering, kami berfoto-foto dengan objek berciri khusus tadi. Dari resort, kita juga dapat melihat pemandangan indah sekeliling danau. Sebenarnya di perjalanan ini, kami tidak punya banyak waktu meng-
explore wilayah Pulau Samosir, target kami hanya dua: menyeberangi Danau Toba dan menjejakkan kaki di wilayah Pulau Samosir. Kami harus bergegas kembali ke hotel dan harus beranjak ke kota Medan untuk melanjutkan agenda2 berikutnya.
Menjelang pukul 10, pakaian kami sudah mulai mengering, hujan pun sedikit mereda. Kami segera keluar resort menuju tepian danau guna menunggu ferry dengan tujuan pelabuhan Tigaraja yang menurut jadwal akan menepi di Tuk-Tuk pukul 10. Tapi…pukul 10..pukul 10.30..pukul 11.00..pukul 11..sekian lama menunggu, ferry yang kami nantikan tidak kunjung datang!! Kesal juga sih.. Tidak tahu mengapa, apakah mungkin ferry dari Tigaraja tidak ada yang berangkat karena tidak ada penumpang atau ada alasan lain. Yang pasti nyatanya tidak ada ferry penumpang yang merapat. Dari beberapa waktu menunggu itu memang ada ferry yang merapat namun itu ferry wisata yang dicarter rombongan wisatawan. Ketika kami bertanya warga setempat, kami mendapat informasi bahwa ferry penumpang banyak ada di Desa Tomok. So, kami disarankan menuju ke sana. Tapi bagaimana caranya kami bisa ke sana??! Sebagai info, kendaraan umum darat sulit didapat di Tuku-Tuk.
Akhirnya menjelang pukul 12, ketika ada ferry wisata yang merapat, kami mencoba meminta izin rombongan tersebut untuk menumpang meninggalkan Desa Tuk-Tuk itu. Alhamdulillah mereka mengizinkan. Niatan kami yang penting kami beranjak dulu dari Tuk-Tuk. Dan alhamdulillah-nya ternyata ferry wisata itu selanjutnya menuju ke desa Tomok =).
15 menit beranjak dari Tuk-Tuk, ferry sampai ke tepian Tomok. Ternyata memang di sana berjejer banyak ferry penumpang, berbeda dengan situasi Tuk-Tuk tadi yang sepi. Begitu ferry merapat, kami mengucapkan terima kasih kepada rombongan dan bergegas turun untuk menyambung masuk ke ferry penumpang untuk pulang dengan tujuan pelabuhan Tigaraja. Ternyata saat itu belum waktunya ferry berangkat. Alhasil kami menyempatkan diri untuk membeli pakaian dan souvenir khas Sumut di sebuah toko di dekat dermaga. Di dekat dermaga Tomok itu memang berjajar cukup banyak toko yang menjual souvenir khas lokal. Lagi-lagi alhamdulillah..di luar skenario awal kami sempat pula menginjakkan kaki di Desa Tomok.
Selesai belanja, kami masuk ke ferry penumpang dengan tujuan Tigaraja. Kali ini kami memilih di lantai bawah. Bau solar memang, namun masih dapat ditolerir lah. Ketika menunggu, beberapa pedagang masuk ke ferry. Penjualnya ternyata tak hanya warga asli, tetapi ada juga warga pendatang dari Jawa. Mereka ada yang menjual kacang rebus (yang sudah dingin), minuman hangat/panas seperti kopi, mie cup, serta cemilan2 lain. Harganya masih terjangkau. Contohnya kami membeli mie cup harganya Rp 8.000. Di lantai bawah ferry ternyata tersedia WC juga, namun minus lampu penerangan. Saya tidak tahu apakah setiap ferry memiliki WC di lantai bawah. Tarif ferry dari Tomok ke Tigaraja adalah Rp 8.000/orang dengan pembayaran dilakukan di dalam ferry.
Beberapa menit menunggu, ferry akhirnya beranjak menuju ke Tigaraja.. Perjalanan dari Tomok ke Tigaraja ditempuh dalam waktu 30 menit. Setibanya di pelabuhan Tigaraja, kami segera menaiki angkutan sejenis mikrolet menuju hotel untuk bergegas
check out dan melanjutkan perjalanan ke Medan. Dari hotel ke Medan, kami memutuskan untuk kembali menggunakan jasa
Shared-Taksi dari Nice Taxi. Untuk itu saya kembali menghubungi Nice Taxi by phone. Ketika itu saya menelpon untuk meminta dijemput satu jam berikutnya. Ternyata driver Nice Taxi bersedia menjemput ke hotel. Adapun tarif per-orang dari Parapat menuju kota Medan adalah Rp. 75.000, sama dengan tarif dari KNIA-Parapat.
Sekitar pukul 15 kami dijemput oleh
driver. Ternyata sistemnya, calon penumpang dari tiap2 titik di Parapat dijemput untuk dikumpulkan terlebih dahulu di
Pool Nice Taxi di Jln. Sisingamangaraja untuk mencapai kuota penumpang. Alhamdulillah saat itu selain kami ada penumpang lain juga dengan tujuan Medan sehingga tak lama sampai di
pool kami segera diberangkatkan.. Dan kamipun mengakhiri kisah perjalanan yang bersejarah di Parapat dan Danau Toba. Horas!! Alhamdulillah!! =)
Credit:
- langkasa-norul.blogspot.com (atas image danau tobanya)
-
Mutia Novinina dan
Hana Taqiyya Mahendra (atas kebersamaannya).
Love you!! =)