Jumat, November 03, 2006

Sholat : pembeda antara pengecut dan pemberani


Maaf apabila tulisan kali ini akan menyinggung kita semua, karena memang tujuan tulisan kali adalah untuk menyinggung kita semua, termasuk menyinggung diri penulis sendiri. Karena kadang-kadang manusia zaman sekarang bila tidak di-trigger dengan singgungan atau sindiran tidak akan pernah sadar, dan lagi-lagi penulis sepertinya masuk dalam kategori ini juga.

Yang ingin saya singgung adalah mengenai pelaksanaan kewajiban sholat kita. Saya tak ingin mengutarakan landasan sholat, keutamaan sholat, dampak sholat, dan hal2 yang berhubungan dengan fiqh sholat karena saya yakin kita sudah terlalu sering mendengarnya. Hampir bisa dipastikan setiap rumah memiliki buku panduan sholat. Saya hanya ingin mengkritisi pelaksanaan dan pandangan anak2 jaman sekarang terhadap sholat, itu saja.

Satu hal yang menjadi kasus mayoritas di Indonesia : "Menunda-nunda sholat tanpa ada alasan syar'i (yang dapat dibenarkan oleh syari'ah)". Insya ALLAH semua orang sudah tau bahwa sholat yang utama adalah pada waktunya (di awal waktu). Saya juga yakin banyak yang tahu kisah ketika dulu Nabi Muhammad masih hidup, ada seorang sahabatnya yang ketinggalan sholat jama'ah di awal waktu (Umar bin Khottob r.a.) yang langsung menebus kefasikannya itu dengan menginfaqkan seluruh kebun beserta isi kepunyaannya. Tapi kenyataannya pemahaman itu belum juga mampu menggerakann tubuh kita untuk melaksanakan sholat sesuai dengan pemahaman yang telah kita miliki itu.

Menunda sholat = tabiat pengecut...

Menunda-nunda sholat menurut saya merupakan sebuah bentuk kepengecutan seseorang. Banyak orang yang tidak sholat pada waktunya karena takut dikatakan sok alim, padahal semua sepakat sok alim itu jauh lebih baik dibanding sok bejat. Banyak orang takut untuk sholat tepat pada waktunya dan melaksanakan sholat di masjid/musholla. Alasannya bila sholat di awal waktu dan di masjid/musholla, maka terpaksa dia harus ikut jama'ah yang ada. Dia tidak akan bisa leluasa sholat dengan kecepatan supersonic apalagi melebihi kecepatan cahaya. Dalam kasus ini terlihat bahwa orang tersebut pengecut karena takut untuk berhadapan ALLAH dengan durasi lebih lama, padahal takut untuk berkomunikasi dengan ALLAH merupakan salah satu tanda yang berarti bahwa dia mengakui dirinya terlalu banyak berlumur dosa.

Kita lihat praktik sholat shubuh masyarakat kita. Sudahkan kita istiqomah(konsisten) dengan sholat shubuh tepat waktu dan berjama'ah? Jawabannya "tidak". Itu jawaban pasti, karena kalau jawabannya "sudah" maka tidak mungkin Indonesia masih berada pada kategori miskin seperti saat ini. Bahkan ada teori yang mengatakan bahwa untuk melihat aman atau tidaknya suatu daerah, makmur tidaknya suatu daerah, dapat dilihat dari prosentase orang yang sholat shubuh di masjid di daerah itu. Semakin tinggi prosentasenya, diindikasikan makin aman dan makmur pula daerah itu. Sebuah formula aneh tapi senantiasa terbukti kebenarannya.

Saya berani pastikan orang-orang yang senang korupsi uang rakyat, maling-maling, para perampok, para begal, para pencopet, para penodong, penjambret, tukang tipu, pembalak liar hutan, penipu, pembual, pembunuh, penebar paku jalanan, serta pelaku perbuatan buruk lainnya akan takut datang sholat shubuh ke masjid karena syaithon telah membekapnya dengan sangat erat ketika mereka tidur. Syaithon sangat cinta pekerjaan mereka. Syaitho tidak mau dan tidak rela teman setianya melakukan aktivitas mulia. Sebagai informasi, ALLAH mengatakan bahwa ketika tidur, sebenarnya kita terikat oleh belenggu-belenggu syaithon. Oleh sebab itu, kita disuruh berdo'a ketika sebelum tidur agar belenggu itu tidak mencelakakan kita ketika tidur, dan juga membaca do'a ketika bangun tidur sebagai wujud terima kasih kepada ALLAH atas penjagaanNya terhadap belenggu syaithon ketika kita tidur. Ini mungkin salah satu analisa mengapa kemakmuran dan keamanan suatu daerah bisa diindikasikan dari prosentase orang yang sholat berjama'ah shubuh di masjid. Ini juga berlaku bagi para pelaku kriminalitas pada sholat-sholat di luar sholat shubuh. Jangankan ke masjid, kadang2 keluar rumah saja mereka ciut karena perasaannya tidak tenang akibat dikejar2 polisi.

Lebih lagi, orang yang tidak shubuh tepat waktu dan berjama'ah di masjid/musholla tanpa alasan yang syar'i, saya kategorikan sebagai pengecut (bahkan Sunnah Rasul mengatakan itu "ciri-ciri munafiq"). Sebagai antilogika, kalau tidak masuk kategori pengecut, maka pastinya dia akan berani membuka matanya, berani menanggalkan kasur-bantal-gulingnya, berani untuk berwudhu dengan dinginnya air, berani bertarung dengan dinginnya udara pagi ketika di perjalanan menuju masjid, serta berani untuk berdiri menjalankan sholat dalam keadaan masih agak2 mengantuk.. Begitu juga dengan sholat-sholat di luar shubuh. Kalau mereka tidak pengecut, maka mereka pasti akan berani dengan tegas meninggalkan kesenangan2 dunia yang sedang dilakukannya. Bagi orang yang pemberani, mereka akan tegas menyahut panggilan ALLAH (adzan-pen.) bukan malah menutup telinga dengan tangan yang menandakan kepengecutannya.

Ada lagi fenomena yang juga aneh tentang menunda sholat. Fenomena yang saya maksud adalah fenomena keterjebakan dalam definisi "solidaritas". Seringkali ternyata orang yang menunda sholat sebenarnya tidak ingin menunda sholat, tapi karena temannya, orang yang dihormatinya, atau orang yang dianggap spesial baginya belum juga beranjak sholat, maka ia mengurungkan niatnya atas nama "solidaritas". Saya sebut ini solidaritas yang menipu. Solidaritas yang rapuh. Padahal jelas-jelas nanti kita di akhirat disidang atas sholat kita atas nama pribadi, bukan golongan atau gank kita. Sungguh pimpinan gank kita tidak akan menyerahkan pahalanya untuk menggantikan kelalaian sholat kita.

Orang yang terjebak dalam solidaritas palsu ini mutlak masuk dalam golongan pengecut. Alasannya jelas, dia takut untuk mengecewakan temannya yang jelas2 salah, dia takut untuk berjalan sendiri tanpa teman ke masjid/musholla, dan dia takut bila sholat tepat waktu teman2nya akn meledeknya begitu kembali ke kelompoknya atau gank-nya. Padahal percayalah tidak akan ada manusia selain RasuluLLAH yang berhak memberikan syafa'at/perlindungan di akhirat nanti. Dukun-dukun, orang pintar, pak haji, bahkan kyai dan ustadz sekalipun tidak akan bisa memberikan pertolongan kepada kita. Dengan demikian maka hendaknya kita mulai menilai apakah solidaritas kita selama ini sudah benar atau sesat.

Mungkin itu saja sedikit koreksi dari saya buat kita semua. Sebenarnya banyak lagi yang ingin saya kritisi dari diri kita sebagai pemecut atas tindakan penyepele-an kita terhadap sholat. Namun dengan pecutan singkat di atas semoga bisa mamacu kita untuk kemudian secara otodidak mengoreksi lebih banyak lagi kesalahan kita. Jangan tunggu hingga orang lain mengkritisi kita. Satu hal yang perlu kembali dibudayakan : marilah kita senantiasa mengingatkan diri kita dan orang lain. Mengingatkan, bernasihat, bertaushiyah bukan hanya kewajiban Aa' Gym saja, bukan kewajiban pak haji saja, namun kewajiban setiap insan dan kita akan dipertanggungjawabkan atas hal ini.

~Pulo Jahe, 27 Oktober 2006, pukul 17.35 WIB
Revisi terakhir : Jln. H. Koja II, 2 November 2006, pukul 23.35 WIB

Note : orang yang disinggung di sini adalah orang yang telah mengetahui bahwa sholat itu mesti di awal waktu (asholaatu 'ala waqtiha). Sebaliknya, ini tidak berlaku bagi orang yang tidak mengetahui bahwa ada suruhan sholat di awal waktu.

6 komentar:

Anonim mengatakan...

pi~>> tajem benerrr Pak!!

Anonim mengatakan...

Tuajem sih... Tapi kira2 dunk ngeblog sepuanjang ini....Mbales dendham ya... membayar kerinduan untuk nge-blog gtu...
Btw, koq pake kata2 "anak-anak jaman sekarang"? Mang antum bukan anak-anak jaman sekarang ya?

Anonim mengatakan...

to pi~> iya, saya juga ketusuk nih...

to mutz> Betul sekali, Kan tulisan ini juga buat ana..

P 12 T mengatakan...

so deep...

Anonim mengatakan...

tajam bener, pak.
tapi saya setuju.
saya jadikan link diblog saya ya...

Anonim mengatakan...

http://lumerkoz.edu can you do thi for me, propecia formalizing cardizem side effects tempeschools contractsin aricept actin enterprising ativan cathal workto hydroxyzine side effects ladins