Selasa, Juli 18, 2006

Tuhan 9 cm



Oleh : Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak
merokok,
Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di
kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di
reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung
yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira
nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi
merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di
pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan
sebelum masuk kubur orang merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat
ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur
hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus
mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di
rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan
kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan
cara merokok,
Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek
yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di
loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api
penuh sesak orang festival merokok, di kapal
penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong
Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong
minta diajari pula merokok,
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para
dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat
berat bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,
Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung
merokok, di restoran di toko buku orang merokok, di
kafe di diskotik para pengunjung merokok,
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak
tertahankan abab rokok, bayangkan isteri-isteri yang
bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika
melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip
asbak rokok,
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang
bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi
kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah
orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di
kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin
paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung
menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan
kena,
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik
yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu
disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien
merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,
Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir
lapangan voli orang merokok, menyandang raket
badminton orang merokok, pemain bola PSSI
sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap
mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang
goblok merokok, di dalam lift gedung 15 tingkat dengan
tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidang ber-AC
penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok
merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat
ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur
hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah
ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan
sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba,
yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi
ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari
tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan
senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa
dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99
butirnya,
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak
kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah
gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul
yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh
itu. Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud
dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al
hawwa'i. Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.
Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir
(babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia
beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok
diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu
'alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan
tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada
rokok.
Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena
ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi
dimakruh-makruhkan, jangan,
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar
perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh
tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu
ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan
mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu
makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk,
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak
tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena
penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat
ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat
ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma
setingkat di bawah korban narkoba,
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil
itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak
perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan
ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat
lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap
tuhan-tuhan ini.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Buat Bang Taufiq: Good...!!! Kalau bisa kirimin newsletter ini ke DPR dan pejabat2 pemerintah Bang..! Biar dibaca bareng2 sama mereka. Trus buat yg katanya ustadz, kiyai, haji, kiyai haji, habib yang masih ngerokok mikir atuh Pak/Bu!!!

Anonim mengatakan...

Hmm I love the idea behind this website, very unique.
»